• MASUKAN URL GAMBAR" />

a

Minggu, 13 Mei 2012

Tari Serimpi


Seni tari ada sejak jaman primitif, Hindu sampai Islam. Menari bertujuan menyatukan jiwa dalam gerakan luluh. Indah, sopan dan selaras gendhing pengiring. Untuk upacara adat dan sarana persembahan. Jaya pada masa kerajaan Kediri, Singosari dan Majapahit ( pemerintahan Hayam Wuruk ). Pusatnya di Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran. Meluas ke Jawa Tengah hingga pulau Jawa. Ahlinya, keluarga Sri Susuhunan dan kerabat keraton. Macam tari gaya Surakarta :  Serimpi, Bedaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Khusus di Mangkunegaran ada tari Langendriyan dari kisah Damarwulan.
Tari Serimpi, tarian keraton masa silam yang lembut, agung dan menawan. Tari Serimpi ada sejak Prabu Amiluhur masuk kraton. Serimpi Sangopati karya Sri Susuhunan Pakubuwono IX ( 1861-1893 ). Sangopati berasal dari kata “sang apati”, sebutan bagi calon pengganti raja. Beliau berkenan mengubah Sangupati menjadi Sangopati ( bekal mati ), karena kolonial Belanda memaksa Pakubuwono menyerahkan tanah pesisir Jawa pada Belanda. Pada perundingan tersebut, Pakubuwono menyuguhi tari Serimpi Sangopati. Pistol yang dipakai menari sesungguhnya diisi peluru tajam, yang dapat digunakan untuk mengorbankan nyawa. Sampir putih bermakna suci nan tulus. Pakubuwono IX terkenal sangat berani menentang pendudukan Belanda.
Pakubuwono VI ditembak mati Belanda, putra mahkota membalas dengan bekal mati.
Kematian sang ayah ( Pakubuwono VI ), yang membuat Pakubuwono IX demikian. Pakubuwono VI ( pahlawan nasional Indonesia ) ditembak mati Belanda saat dibuang keluar Jawa. Pakubuwono IX masih berumur 3 bulan dalam kandungan ibunda prameswari GKR Ageng, sehingga dua paman Pakubuwono IX menjadi Pakubuwono VII dan Pakubuwono VIII. Pakubuwono IX baru meneruskan tahta setelah berusia 31 tahun. Setelah Pakubuwono IX wafat tahun 1893 di usia 64 tahun, Pakubuwono X mengganti nama Serimpi Sangupati yang kerap digelar di lingkungan keraton ini menjadi Serimpi Sangopati, yang adalah siasat mengalahkan musuh ( Belanda ). Agar perundingan ( sekitar tahun 1870-an ) gagal, sehingga pihak keraton tak perlu melepas pesisir utara dan hutan jati. Semua perbuatan manusia hendaknya untuk memelihara keselamatan dan kesejahteraan hidup. Hawa nafsu harus dikendalikan.
Serimpi sinonimnya empat. Empat putri ( air, api, angin dan tanah ), melambangkan 4 penjuru angin dan terjadinya manusia. Batak, Gulu, Dhada dan Buncit, nama perannya. Komposisi segi 4 melambangkan tiang pendopo. Kecuali Serimpi Renggowati yang ditarikan 5 orang. Menurut Dr. Priyono Serimpi, juga bisa dikaitkan ke akar kata “impi” ( mimpi ). Tarian gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam seperti membawa orang ke alam mimpi. Gamelan Jawa merdu mengiringi. Di tengah tarian, 4 penari memberikan gelek minuman keras pada pihak Belanda. Belanda pun mabuk sampai perundingan gagal dan beberapa daerah bisa diselamatkan. Para prajurit wanita ( penari Serimpi ) itu kemudian menjadi sasaran kemarahan Belanda. Siapa menduga, penari bisa sepatriotis ini ? Mengharukan.
Saat ini, tari Serimpi masih sering digelar, namun adegan minum arak hanya dilakukan simbolis, bukan arak sungguhan. Serimpi Anglir Mendhung yang sakral ( 60 menit ). Serimpi Anglirmendhung ( 11 menit ) dan Serimpi Gondokusumo ( 15 menit ) yang inovatif. Konsumsi masa kini. Jadi, sesibuk apa pun anda, masih sempat nonton tari tradisi bangsa sendiri, kan ? Sekaligus memupuk rasa cinta tanah air pada anggota keluarga. Kalau bukan kita sendiri yang melestarikan, siapa lagi ?

0 komentar:

Posting Komentar